ASK ME.

If you want the copy of my stories, just ask me through my Facebook. God bless you.

Sunday, September 20, 2015

Joan of Heaven (The Journey) - Sunday, 20 September 2015

4.48 PM.

Ada dua hal yang bikin tersinggung recently.

Satu.

Kalo orang ngomongin piknik dan mereka dengan bangganya bilang: 'Aaaaaah, enak banget ya disini. Mau stay seminggu ah disini.' Atau mungkin: 'Selfie yuk. Pemandangannya indah banget disini.' Well, ini juga: 'Ke Eiffel udah, ke Disneyland udah, ke Gunung Fuji udah. Minggu depan kemana lagi ya?'

Ya Tuhan, #HidupkuKurangPiknik. Kalo ibarat aku ini dunia, hashtag ini jadi worldwide trending topic dah.

Kepingin nyanyi ala-ala The Virgin jadinya: "Tuhan, berikan aku piknik, satu kali saja, hanya untuk istirahat..."

Bah! Mana padat kali jadwal kerjanya. I can't breathe, oh my! HAHA. Lebay. Tapi please God, mau piknik.....

Dua.

Kalo disinggung masalah pasangan.

"Ciyeh, udah umur 23 belum punya gandengan..." atau,

"Ya ampun, kamu nih nggak sedih apa udah umur segini belum ada gandengan?" (ya kali patung nggak sedih. Sedih tahu. Tapi kan ya nggak bisa asal comot satu cowok sembarangan terus bilang: 'pacaran yuk'. IH! OGAH!) atau,

"Kapan nih tobat? Sampe sekarang belum suka cowok?" (Yaelah, gue cewek normal!) atau,

Pas acara pernikahan temen gereja bentar lagi nyampe, si adek bilang, "Berdoa gih, supaya waktu tanggalnya ci F ulang taun kamu udah ada yang gandeng." Beuh! MAU DEK. Tapi aku juga lagi menunggu dan berdoa meraung-raung pada Tuhan yang Maha Penyayang dan Esa selamanya.

HAHA. Lebay juga nih. #BAPER

Ya Tuhan. Kuserahkan padaMu seluruh hidup dan jiwaku. Dua hal ini yang paling kubutuhkan sementara ini. Yang kubutuhkan selanjutnya entaran aja lah. Dua ini aja udah cukup bikin pikiran tercuci, #eh, terkuras.

Ya Tuhan. Melow deh jadinya. Padahal aku nih cewek kuat. Kuat menahan kesendirian. BAHAHAHAHA. Yaelah. Berasa aneh banget nih kalimat.

Gimana nih? ohmiGod, ohmiGod ohmiGod.

SOS! SOS! SOS!

Dear God, anakMu ini udah berdoa ya. Aku percaya kok. Dia pasti datang segera. Sesuai dengan yang Kau rencanakan untuk aku. Dia yang terbaik. Dia yang paling sesuai. He's meant to be together with me on this earth. Aku percaya, aku percaya, aku percaya. Tapi please God, buat aku bertahan menghadapi hujaman demi hujaman perkataan orang-orang di sekelilingku yang membabi buta layaknya tak sanggup dihentikan. Kasian babinya buta terus. #Eh.

Pokoknya gitu lah ya, Tuhan. Sekian dan terima kasih.

#LapangkanHati #SiapkanDiri #KejutanSegeraDatang

AMEN AMEN AMEN!

Dah ah. Jam 5 sore. Waktunya mandi.

Friday, August 21, 2015

Joan of Heaven (The Journey) - Friday, 21 August 2015

9.08 PM.

Udah lama banget since the last post. April, sekarang udah Agustus. Empat bulan! Dan yak, banyak yang udah terjadi.

Dari mahasiswa a.k.a. pelajar, jadi pengajar. Mimpi apa gue???

Nggak. Nggak pernah mimpi jadi guru. Ampun deh. Emang bener, ya, aku suka bagi ilmu. Ciyeh, mulia banget ya kedengerannya. Tapi bener. Aku suka. Tapi untuk jadi profesi, entahlah. Kadang cuman bisa bilang ke Tuhan, "Wherever You lead me, I'll go." Atau "Let Your will be done."

Tuhan, ini nggak pernah ngebayangin dunia guru kaya gimana. Nggak pernah dapet basic nya sama sekali. Kok ya dulu waktu kuliah nggak ambil makul micro-teaching.
Tapi yah, Tuhan itu baik banget. Banyak banget aku belajar selama kurang lebih udah hampir tiga bulan di dunia ini. Dari yang sutris di awal, jadi makin terbiasa sedikit demi sedikit.

One thing that I have been learning a lot is to deal with the kids! Oh boy! Kalo bukan Tuhan, bisa-bisa kutinggal gitu aja tuh anak-anak bandel. Ya Tuhan, kesabaranku bener-bener diuji. Dari dulu terkenal sabar, sekarang waktunya uji coba. I do need God's strength and guidance in this.

Tapi yah, I have special students in my heart. Itu yang bikin aku bersyukur.
Entah sampai kapan aku jalani profesi ini. Menetap atau suatu kali akan pindah, aku bakalan go with the flow aja deh. God knows best.

Dan, ehem. Ini satu hal muncul lagi.
Udah umur 23 nih and am still waiting. Yep. For him, of course. The right one.

Mau dibilang sabar, ya sabar, tapi mau dibilang nggak sabar ya, nggak sabar juga. Nah loh, bingung sekarang. Maunya diri sih sabar, tapi ortu sama adek yang udah nggak tahan single bikin pikiran jadi kebawa terus ke arah sini.

Ya iya sih, emang udah waktunya. Jangan sampe akunya yang terlalu santai. Bersyukur ada mereka yang jadi reminder. Jadi, ya Tuhan, segeralah kirim orang itu. Biar pertanyaan-pertanyaan mengusik itu segera sirna dari telingaku.

I'm still waiting. I believe it's really close. The time is coming. When it comes for me to meet him, I'll make sure I'm ready.

Aaaaaaah...
Udah deh.
Kemaleman. Nulis gini aja sampe 9.23. Lama amat.
Alright. Will continue next time. ^-^

Friday, April 17, 2015

Joan of Heaven (The Journey) - Saturday, 18 April 2015

9.47 AM.

Aku dapet apa yang aku selama ini doain. Aku kepingin banget untuk bisa denger suara Tuhan. Dua hari lalu waktu KKR sama om Ben, aku nggak cuman denger suara Tuhan, tapi juga denger Dia nyanyi. Tuhan Yesus ikut nyanyi! Kebayang nggak sih? Kupikir suara papa yang back up pake suara 3, ternyata setelah diinterogasi bukan. Kami sekeluarga ngoming sama om Ben dan dikasi tau kalo itu suara Tuhan Yesus. Nggak bisa dijelasin segimana senengnya aku. Yang denger pun juga bukan aku aja, mama, dek Fani, papa, ci Jenny, terus nggak tau siapa lagi. Kalo om Ben pasti denger ya.

Wah bener-bener deh rasanya seneng. Hurrah! Haleluya!

Sunday, April 12, 2015

Joan of Heaven (The Journey) - Tuesday, 12 April 2015

10.34 PM.

Apa sih? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu aja masuk telinga. Omongan-omongan itu juga. Humph. Ya gimana lagi?

"Kapan kamu punya pacar?"

"Udah punya calon belum?"

"Sebentar lagi papamu setengah abad, kamu juga hampir 23. Mana pacarmu?"

And so in and so forth.

Gitu deh. Ya mau bilang apa? Mau gimana lagi?

Dibilang menutup diri, enggak juga. Aku udah bisa bergaul sama orang banyak, jadi ramah, open-minded, expose talentaku, ya udah aku lakuin.

Cuma aja belum ada yang masuk kriteria. Tapi asal tau aja kalo kriteria ini bukan kriteria yang muluk-muluk. Not at all. Aku coba untuk selalu inget siapa diriku juga.

I just need to find the right man. One that can run along with me. I don't expect him to slow me down, but instead to speed up my pace.

Rasanya ketika didesak nggak enak juga ya.

Sebenernya bukan aku nggak peduli atau terlalu santai, tapi aku cuma nggak mau kuras energi untuk yang bukan dari Tuhan. Rugi sendiri rasanya.

Kalo orang kebanyakan bilang, "kamu tuh harusnya coba dulu, biar ngerasain," maaf aja, aku nggak bisa sependapat.

Daripada asal-asalan nyoba pacaran, mendingan juga nyoba-nyoba kesempatan kerja di sana sini.

Ya nggak sih?

Tapi kadang nih, di sisi lain, aku juga bertanya-tanya,

"Dear Mr. Unknown, do you say the same prayer as I do? Do you wish the same wishes as I do? Do you think about me? Do you think when and how and where we will met?"

Ya. Those questions keep filling my head these days.

Tapi aku harus fokus. Ke Tuhan dulu yang terutama. Terus kerjaan, baru jodoh. Untuk sementara, 3 itu yang ada di top list.

Dan aku serahin semua ke Tuhan aja. Ngapain juga bingung-bingung? Dipikirin terus malah ntar jadi jerawat. 'Cause honestly, it feels so annoying to have pimples on my face.

Udah ah. Gotta get some sleep. It's almost 11.00 PM.

Monday, April 6, 2015

Joan of Heaven (The Journey) - Tuesday, 7 April 2015

07.49 AM.

Paskah udah lewat. Kali ini berkesan rasanya soalnya bisa sama-sama keluarga pelayanan lagi. Kinda miss it for it seemed long enough since the last time we ministered together. Lagi nunggu tanggal 16 dateng, for something more spectacular.

Tapi ya, entah kenapa, rasa-rasanya udah mulai deket aja waktuku buat stand on my own feet. Beban hidup, tekanan demi tekanan berasa datengin satu demi satu. Yah, gitu lah. Coma yang aku syukuri, nggak ada rasa takut. Nggak ada rasa khawatir. Aku yakin Tuhan udah persiapin yang terbaik untuk aku. Ada jaminan.

Setelah wisuda tanggal 1 lalu, peluang demi peluang udah berdatangan. And I wow at that. Perusahaan Swiss, kapal pesiar, what's next? Aku sambil berdoa aja. Jangan sampe salah. Entah kemana Tuhan tetapkan aku, yang aku yakin pasti itu yang terbaik.

And, ahem! I'm still praying for the one as well. Hahah.

Thursday, March 26, 2015

Joan of Heaven (The Journey) - Monday, 27 March 2015

07.44 AM.

Dua tahun berlalu. Sepertinya lama, tapi nggak juga. Rasanya justru cepet banget. Perjuanganku sebagai mahasiswa S1 sebentar lagi bakalan officially selesai. Nggak nyangka banget. Aku bakalan menyandang sarjana setelah ini. Lebih tepatnya Sarjana Sastra a.k.a Bachelor of Arts. Haha. Feeling proud and relaxed. Sementara tapi. Habis ini perlu banget untuk dapetin pekerjaan. Time to get real. Itu yang papa sering bilang. Hmm. Ok.

Apa? Pacar? Buahahahaha. Ya belum sih. Masih dalam proses. Proses seleksi. Buahahaha. Habisnya ini masalah satu selalu aja dateng. Kadang nggak bisa terlalu deket sama cowok gara-gara masalah ini. *hummmph*

Setiap kali deket sama cowok yang aku kepinginin untuk jadi saudara, eh tau-taunya he fell for me! Dan hal ini nggak terjadi sekali aja. Berkali-kali bu! Ahhhh.. Jadi bingung dan have no idea what to do. Butuh banget saran dari pakar cinta, atau yaaah, yang bijaksana lah. Tapi cewek aja. Kalau cowok bisa berabe. *hummpph*

Uppps, pekerjaan menanti. Aku lanjutin nanti deh.

Friday, July 18, 2014

Perahu, Bawa Aku Ke Rumahku



Sukiman hanyalah seorang tukang becak yang hidup sebatang kara. Orang tuanya telah lama berpulang saat ia masih berumur lima tahun. Satu-satunya sahabatnya yang dulu selalu bersamanya dan mendukungnya tiba-tiba saja menghilang saat kerusuhan ’98 terjadi. Ia pun tidak pernah memiliki tambatan hati, sehingga di usianya yang ke-empat puluh tahun, ia masih sendiri. Baginya, apalah arti mencinta jika mendapatkan sesuap nasi saja ia sampai harus meremukkan tulangnya.
Sambil menangis lagi ia berkata, “Kenapa hidup ini tidak adil? Aku mendambakan sebuah tempat yang dapat memberikanku kenyamanan, tapi aku tidak pernah mendapatkannya. Orang bijak pernah berkata bahwa selalu ada harapan, tapi mana? Mana? Seberapapun besarnya kekuatan yang kukerahkan, aku tidak pernah mendapatkannya.

***

“Tolong aku,” seorang anak perempuan berumur enam tahun berlari dengan pakaian compang-camping sambil meraung-raung. Tubuhnya yang penuh luka terbaring tak berdaya di atas tanah berlumpur. “Tolong aku. Tolong.” Dia menangis tersedu-sedu sambil menahan rasa sakit yang tiada henti menerpa.
Ia bukan seorang anak yang nakal, tapi ia selalu mendapat hukuman. Setiap kali ia pulang dari sekolah, bukan pelukan hangat dan senyuman manis yang menyambutnya, tetapi cambukanlah yang setia menemani gadis kecil bernama Rina, seorang anak kelas satu SD.

***

“Iya Pa, pasti aku akan menjaga diri,” seorang gadis berkata kepada ayahnya. Kemudian ia berpaling kepada ibunya, “Dan Mama, jangan menangis lagi. Aku hanya pergi sebentar saja. Piknik sekolah tidak akan memakan waktu setahun. Kalau begitu, Ma, Pa, sekarang aku pergi. Teman-teman dan guruku sudah menunggu.” Ia berpamitan kepada kedua orang tuanya dengan mencium tangan mereka lalu pergi bergabung dengan teman-temannya.

Pemandangan ini melukai hati seorang gadis lainnya yang sedang berdiri di bawah pohon. Dia, Mia, memalingkan wajahnya dari pemandangan itu. Tak sanggup lagi menahan, air matanya jatuh membasahi pipinya saat ia mengingat perpisahan yang terjadi pada orang tuanya bahkan di saat sebelum ia paham akan arti kata keluarga.

Baca lagi di: